Umurmu Engkau Habiskan Untuk Apa? Begini Perhitungannya…
Saya mengawali tulisan ini dengan sebuah hadits dari sahabat Abu Barzah Al-Aslamy radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ بِهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أُنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فَيَا أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga dia ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya, pada hal apa dia habiskan, (2) tentang ilmunya, bagimana dia beramal dengannya, (3) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan pada hal apa dia belanjakan (4) dan tentang jasadnya pada hal apa dia usangkan.” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ad-Darimy, Abu Ya’lâ, Al-Baihaqy dalam Al-Madkhal dan selainnya. Lafazh hadits milik Al-Baihaqy. Baca penshahihannya dalam Ash-Shahîhah no. 946 karya Syaikh Al-Albany]. (Sumber).
Umur atau masa hidup kita merupakan salah satu nikmat terbesar yang akan ditanyakan di hari kiamat kelak. Umur yang panjang tentu perlu direnungkan dan disyukuri. Apakah kita menghabiskannya pada hal yang bermanfaat atau tidak.
Allah Ta’ala berfirman:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيْرُ, فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ نَصِيْرٍ.
“…Dan apakah tidak cukup Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?, maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun”. (Q.S. Fathir: 37).
Telah kita ketahui bersama bahwa umur kita sebagai ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sekitar 60 – 70 tahun, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wassallam berkata:
“Umur umatku antara 60 dan 70 tahun, sedikit dari mereka yang melampauinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Saya pribadi jujur saja sejak belajar agama dan mempelajari hadits-hadits tersebut, saya sangat menyesal akan kekhilafan yang dulu saya terbenam di dalamnya. Betapa banyak waktu yang saya sia-siakan. Terlalu banyak sendau gurau, bersantai dan bermain daripada berfikir merenungi hakikat hidup dan belajar ilmu agama. Terlalu banyak waktu urusan dunia dihabiskan daripada urusan ukhrawi. Terlalu banyak waktu dilewati dengan berbuat dosa daripada mengumpul bekal amalan shalih. Sungguh betapa naifnya saya dulu, tiap tahun memperingati hari ulang tahun tetapi jarang bahkan tidak pernah mengingat hari akhir saya bagaimana keadaannya, baik atau buruk, beruntung atau sengsara. Yaa, Allah yang Maha Pengampun. Ampuni saya yang lalai ini.
Saya bersyukur kepada Allah yang memberi saya kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjalankan ketaatan beribadah kepada Allah. Sebagaimana maksud penciptaan manusia memang hanya untuk beribadah kepada Allah, Dia berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS.Adz-Dzaariyat:56)
Setelah memahami betapa pentingnya mengisi waktu kita untuk beribadah kepada Allah dan menghabiskannya pada hal yang bermanfaat. Maka berikut ini saya ingin memberikan gambaran kepada Anda, sebuah perhitungan matematis pada hal apa saja kita menghabiskan umur kita di dunia ini.
1 hari = 24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik
1 tahun = 12 Bulan = 52 Minggu = 365 Hari = 8,760 Jam = 525,600 Menit = 31,536,000 Detik
Saya berasumsi bahwa umur saya adalah rata-rata umur manusia meninggal yaitu > 60 tahun dan < 70 tahun. Antara umur 60 – 70 tahun. Untuk lebih mudahnya saya asumsikan 65 tahun saja.
Berikut rincian apa saja hal yang saya habiskan selama umur 65 tahun dibandingkan kesempatan waktu untuk beribadah kepada Allah :
Waktu baligh 15 tahun
Anggaplah usia ini adalah usia seorang muslim yang telah diberikan beban syariat, waktu dimulainya pencatatan amalan baik buruknya. Jadi dari masa hidup saya yang 65 tahun harus dikurangi dengan masa kanak-kanak saya hingga berumur 15 tahun.
65 – 15 = 50 tahun.
Sisa 50 tahun, kesempatan waktu untuk beribadah kepada Allah.
Waktu tidur, beraktivitas, dan bersantai
50 tahun = 18,250 hari= 458,000 jam
Secara umum rata-rata waktu tidur adalah ± 8 jam/hari. Dalam 50 tahun waktu yang habis digunakan untuk tidur adalah selama 18,250 hari x 8 jam= 146,000 jam= 16 tahun 7 bulan atau 17 tahun. Jadi, dari 50 tahun, saya menghabiskan waktu saya hanya untuk tidur selama 17 tahun.
1 hari = 24 jam, satu hari satu malam = 12 jam siang hari dan 12 jam malam hari
Waktu beraktivitas di siang hari sampai malam pada umumnya rata-rata 12 jam. Karena selain bekerja 8 jam juga masih ada waktu lainnya yang dihabiskan. Dalam 50 tahun, waktu yang digunakan untuk aktivitas tersebut adalah 18,250 hari x 12 jam= 219,000 jam = 25 tahun.
Sedangkan waktu untuk bersantai dan menghayal adalah sekitar 4 jam/hari. Jadi jika dalam 50 tahun, maka waktu yang dihabiskan untuk bersantai adalah 18,250 hari x 4 jam= 73,000 jam = 8 tahun
Waktu tidur = 17 tahun
Waktu beraktivitas = 25 tahun
Waktu bersantai = 8 thaun
Total waktu yang dihabiskan adalah = 50 tahun
Lalu kapan beribadahnya ?
Jika kita berasumsi bahwa amalan yang paling utama adalah shalat karena itu amalan yang pertama kali dihisab dan dia juga penentu baik buruknya amalan kita yang lainnya. Mari kita coba menghitung berapa kali kita shalat selama hidup kita yang 50 tahun tersebut:
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sekali shalat wajib adalah 10 menit. Jika dalam 1 hari kita shalat 5 kali, maka total waktu kita shalat dalam sehari adalah 50 menit atau 1 jam. Bagaimana lagi jika shalat pake jurus patuk ayam yang bisa kelar dalam waktu kurang 2 menit. Dan bagaimana lagi jika shalatnya cuma sekali dalam sehari atau sekali dalam seminggu atau sekali dalam setahun? hitung sendiri yah, sesuai fakta di lapangan. hehe
Jika rata-rata shalat dalam 1 hari = 1 jam, maka dalam waktu 50 tahun waktu shalat yang dihabiskan adalah = 18,250 hari x 1 jam =18,250 jam= 2 tahun
Jadi selama 2 tahun saja kita habiskan waktu untuk shalat dibanding umur yang 50 tahun yang semuanya habis dipakai untuk tidur, beraktivitas dan bersantai. Syukur jika masih ada amalan lainnya yang dilakukan seperti puasa, zakat, sedekah, dll. Tapi itu tetap lagi belum memastikan semua amalan kita diterima. Kalaupun jika amalan shalat yang 2 tahun ini diterima, masih belum bisa dibandingkan dengan perbuatan dosa dan kelalaian selama hidup 50 tahun.
Sungguh terlalu banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia tanpa ada manfaatnya bagi kita. Namun demikian, tidak ada kata terlambat untuk mengejar ketertinggalan beramal shalih mulai hari ini. Karena Allah Maha Melihat hati dan jiwa yang ikhlas mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya.